Writravellicious Goes To Masjid Raya Batam
Subhanallah Allahu Akbar. Senang sekali rasanya bisa menginjak tanah Batam yang beberapa waktu lalu hanya bisa disinggahi sebentar airport-nya dalam perjalanan mengisi pelatihan Socioteenpreneur sekaligus roadshow promo bukuku itu di Medan.
Lebih senang lagi karena aku berkesempatan berbagi alias sharing kepenulisan dengan teman-teman di Masjid Raya Batam. Sekaligus bisa menikmati keindahan arsitektur bangunan sekaligus lanskap Masjid Raya Batam yang indah dan megah ini.
Aku berjalan dalam gerimis melalui jalan-jalan di tengah Batam Centre untuk bisa sampai ke Masjid Raya Batam ini. Sebuah bangunan yang mirip masjid ada di dalam Batam Centre, yang ternyata merupakan bangunan untuk penyelenggaraan Festival MTQ di Kepri ini pada waktu lalu.
Masjid Raya Batam memang berada di kawasan Batam Center yang merupakan pusat pemerintahan kota Batam. Berhadap hadapan dengan kantor Badan Otorita Pengembangan Pulau Batam atau BIDA (Batam Industrial Development Authority).
Setelah berhasil keluar dari semacam alun-alun Batam Centre dan menyeberang jalan raya Engku Putri, barulah aku sampai ke Masjid Raya Batam yang sangat luas ini.
Rupanya Ir Achmad Noe'man arsitek yang rancangannya akan masjid ini disetujui pada tanggal 31 Agustus 1997 dan eksekusinya pada tahun 1999. Nama ini tak asing bagiku, karena sering disebut tiap kali mata kuliah perancangan dan perencanaan desain arsitektur jaman kuliah dulu. Beliau terkenal dengan karya karya monumentalnya termasuk diantaranya adalah Masjid Salman di ITB di Bandung, Masjid Baiturrahim di kawasan Istana Negara Jakarta, Masjid Al-Furqan di lingkungan Universitas Pendidikan Indonesia (d/h IKIP) Bandung, Masjid Al-Markaz Al-Islami di Makasar dan Masjid Istiklal Indonesia di Sarajevo, Bosnia Herzegovina.
Saat memasuki kawasan MRB (Masjid Raya Batam) yang langsung tersaji adalah halaman yang sangat luas. Areal parkir untuk para jamaah ini ternyata bisa menampung; kendaraan roda empat
(mobil) dengan kapasitas ± 158 kendaraan, bus dengan kapasitas ± 9
kendaraan, kendaraan roda dua (sepeda motor) dengan kapasitas ± 140
kendaraan, kendaraan VIP dengan kapasitas ± 8 kendaraan, parkir di pintu
utara dengan kapasitas ± 20 kendaraan roda empat.
Wow banget ya. Ini mah masjid raya-nya raya banget nih. hehe.
Saat menaiki tangga-tangganya yang banyak, langsung kuanggap ini sebagai bagian dari olah raga haha, biar membakar lemak. Sambil dari kejauhan aku menikmati kemegahan bangunan masjid.
Bentuk
bangunan masjid dirancang dengan menggabungkan dua bentuk dasar :
balok bujur sangkar sebagai badan bangunan, dan limas sama sisi (teriris
tiga bagian) sebagai kepala bangunan. Bentuk balok bujur
sangkar kita tahu adalah bentu yang kompak dan kokoh, kalau filosofisnya sih membentuk
keimanan yang kuat. Sedangkan secara fungsi dan struktur, tentu saja lebih memenuhi syarat untuk bangunan bentang
besar atau bebas kolom sehingga mampu menampung jamaah salat lebih
banyak.
Memasuki interior masjidnya, aku semakin dibuat lebih kagum lagi. Langit-langitnya sangat tinggi, dengan beberapa lampu hias yang sangat eksotis. Dan ruangannya sangat luas dan bahkan bebas kolom. Tanpa tiang-tiang begitu, keluasan ruangan dalam masjid makin terasa.
Rupanya Masjid Raya Batam dibangun di atas lahan seluas ± 75.000 m2, terdiri dari ruang salat dan mezanin 2515,00 m2, ruang wudhu pria 506,70 m2, ruang wudhu wanita 178,10 m2, ruang simpan sepatu 39,96 m2, Ruang kegiatan (lantai dasar) 2.190,24 m2, dilengkapi dengan menara setinggi 66 m dengan luas 9,00 m2, ditambah selasar penghubung seluas 1.270,00 m2. Dengan ukuran yang demikian besar Masjid Raya Batam dapat menampung jemaah di dalam masjid ± 3.500 jamaah dan luar masjid ± 15.000 jamaah.
Subhanallah, ya memang proyek yang sangat besar.
Bisa kulihat setiap bagiannya dirancang dengan cermat oleh Pak Nu'man. Bahkan teralis besi pintu-pintunya pun diberikan ukiran kerawang yang indah. Bentuk-bentuk simetri yang akrab kita jumpai dalam bangunan-bangunan Islami gaya Timur Tengah yang diadaptasi ke banyak bangunan masjid di Eropa, Asia dan lainnya.
Oh ya, sebelum masuk bangunan utama masjid, ada plaza
salat atau pelataran halaman utama masjid. Yang karena pertimbangan
topografis dan arsitektural, letaknya lebih tinggi dari jalan masuk.
Plaza salat dibuat sebagai perluasan ruang masjid manakala jamaah
melebihi kapasitas atau pada saat salat Idul Fitri dan Idul Adha yang
biasanya diselenggarakan di lapangan terbuka. Agar penyelenggaraan salat
sesuai dengan tuntunan agama, dibuatlah garis-garis shaf yang akan
mengarahkan jamaah salat dengan berbaris lurus menghadap kiblat. Lebar
shaf ditentukan 120 cm. Plaza ini terdiri dari dua tingkatan yaitu plaza
bawah dan plaza atas. Hal ini untuk memberikan kesempatan pada
pengunjung untuk beristirahat sejenak sebelum naik lagi menuju masjid.
Di
plaza bawah terdapat kolam air mancur yang bisa juga dipakai sebagai
tempat berwudhu. Selain kolam air mancur dan tangga-tangga adalah
bak-bak tanaman batu kali, lampu-lampu taman dan deretan pohon-pohon
palem raja. Keseluruhan elemen diharapkan membuat suasana plaza shalat
lebih nyaman, lebih indah dan berwibawa sebagai suatu plaza salat masjid
raya.
Aku sempat turun berwudlu untuk sholat jama' maghrib dan isya, usai sesi sharing kepenulisan hari itu. Ruang wudlunya juga bersih dan sangat luas. Demikian juga toiletnya. Sehingga bisa melayani banyak pengunjung, tanpa harus antri terlalu lama.
Seperti biasa, tiap kali mengunjungi bangunan di manapun, mata selalu tak luput untuk memperhatikan maket bangunan yang ada di sana. Demikian pula kali ini, maket kawasan ini menarik perhatianku. Dari miniatur kawasan masjid ini, bisa terlihat semua elemen dan bagiannya. Termasuk lapangan luas yang juga menyediakan tempat
permanen bagi penyelenggaraan pemotongan hewan qurban. Ada fasilitas tempat penampungan serta saluran
air limbah darah, tiang-tiang tenda pelindung cuaca. Dengan tersedianya
plaza kurban yang permanen ini maka lingkungan masjid akan tetap
bersih dan nyaman terutama pada hari-hari menjelang, pada saat dan
sesuai hari Idul Adha. Keren ya.
Tampak pula menara sebagai
eye catcher dan penanda lingkungan, karena berupa unsur vertikal yang
cukup dominan dengan penempatan di sudut tapak menghadap ke pusat
perempatan jalan. Selain fungsinya sebagai tempat menyimpan peralatan tata suara agar suara adzan
dapat terdengar lebih jauh dan jelas. Dari sisi arsitektural, Tinggi menara 66 meter ternyata sebagai penandaan akan jumlah
ayat di dalam Al Qur'an, 6.666 ayat. Wah pak Nu'man ini memang canggih.
Aku melalui tangga utama yang langsung menghadap plaza salat untuk menuju lantai utama masjid. Ada tangga khusus dari ruang wudhu dan untuk menuju mezanine yang diekspresikan ke dalam bentuk ruang tangga yang berupa core tangga yang terletak dibagian kiri dan kanan.
Ruang
lingkup dari pekerjaan landscaping adalah menata elemen-elemen keras
dan lunak pada halaman dan plaza salat Masjid Raya Batam Centre
sedemikian rupa dalam rangka mendukung kemakmuran aktifitas rutin dan
berkala. Tujuan khususnya adalah untuk menciptakan suasana ruang luar
agar lebih hijau, sejuk dan nyaman.
Bak tanaman memakai bahan batu kali berwarna ketabu kehitaman, hal ini untuk memberi kesan alami dan kokoh. Berfungsi pula sebagai pengakhiran tangga dan turap penahan tanah
Aku juga melewati selasar tertutup, selasar yang beratap sebagai pembatas plaza
salat dan penanda zona transisi atau semi suci sebelum masuk ke zona
suci atau ruang utama masjid. Selasar tertutup ini dirancang sedemikian
rupa dan merupakan elemen arsitektur yang cukup berarti dilihat dari
segi fungsi maupun arsitektural masjid. Dipilih bahan beton bertulang
untuk kolom mau pun atap. Agar tidak berkesan statis, terdapat permainan
irama atap yaitu atap pelat beton diselingi atap limas dari bahan
transparan dengan struktur pipa besi hitam. Bahan penutup lantainya
adalah keramik
oh ya, ada fasilitas mesin yang menyediakan air minum untuk pengunjung masjid lho. Subhanallah. Semoga menjadikan masjid ini semakin berkah. Aamiin ya robbal alamiin.
0 Komentar