Anak Indonesia Hebat

 Anak Indonesia Hebat

(sumber referensi: buku Anak Indonesia Hebat GLN Kemdikbud)

 

Musa sudah hafal Alquran meski masih berusia tujuh tahun. Dan yang lebih hebat lagi, dia memenangkan lomba Hafiz Alquran Tingkat Internasional. Kemampuannya menghafal dan memahami Alquran membawanya sebagai juara ketiga pada kompetisi yang diselenggarakan di Mesir ini. Sebagai hadiahnya, Musa dan orang tuanya  mendapat undangan dari Raja Mesir dan bertemu orang-orang hebat serta para ulama Internasional.

Didikan orang tuanya serta kesungguhan Musa dalam menghafal Alquran menjadi inspirasi bagi kita semua. Meski rajin menghafal dan mengulang-ulang bacaan Alquran, Musa tetap bisa bermain dengan kawan-kawannya.  Tapi dia meninggalkan hal-hal yang kurang bermanfaat. Makanan sehat halal bergizi juga mendukung upayanya dalam menghafal Alqur’an.

Kesukaan Tristan Alif bermain berawal dari pengalaman-pengalamannya menonton bola bersama sang ayah. Karena usianya masih kecil, lima tahun, Tristan belum bisa masuk sekolah bola. Sehingga ayahnya memperlihatkan video pelajaran sepakbola dan mengajaknya berlatih. Ketika akhirnya Tristan mulai sekolah bola, ketrampilannya semakin terlatih. Pemain Sepak Bola Cilik yang Hebat ini sampai diperebutkan oleh Klub Sepakbola Ajax Amsterdam dan Feyenoord. Siapa sangka dengan bermain sepak bola dia akhirnya terbang ke Eropa, bahkan menjadi pemain terbaik di Ajax International Camp 2014. Menjadi terbaik dari 250 anak yang berusia 8 sampai 16 tahun.

Syifa Hasan senang melihat acara masak memasak di televisi sejak kecil. Menjadi koki sudah menjadi cita-citanya sejak dulu. Sang ibu  mendukungnya dengan memasukkan Syifa ke kelas memasak. Saat ada lomba master chef junior, Syifa mendaftarkan diri dan lolos seleksi.  Bersama dua puluh peserta lainnya, dia menjalani masa karantina. Melalui beberapa lapis seleksi pada kompetisi tersebut, Syifa akhirnya mewujudkan impiannya menjadi Koki Cilik, juara master chef junior.

Sejak kecil dua bersaudara ini, Mikail Abdul Muqaddim   dan Alden Malakian Hatta, menyukai robot. Saat duduk di kelas tiga dan satu SD, berhasil membuat rancangan robot dan memenangkan berbagai kompetisi. Dengan bimbingan orang tua dan guru, mereka terus mengambangkan diri. Bahkan menjadi pemenang dalam kompetisi robot tingkat Internasional di Korea Selatan, mengalahkan peserta dari Korea Selatan, Cina, Rusia, Australia, Malaysia, Thailand, Israel, Vietnam, dan lain-lain. Beberapa robot ciptaan dua jagoan bersaudara adalah Volley Robotic dan Steam Mission serta sistem keamanan pintar. Untuk membuat robot sebenarnya mudah mendapatkan bahannya saat ini. Berikut tiga bahannya: (1) sensor sebagai alat pelacak yang berfungsi untuk memetakan lingkungan sekitar; (2) prosesor yang memproses segala perintah; dan (3) motor yang menggerakkan robot seperti gerakan maju, mundur dan berputar.

Anak hebat lainnya adalah  Stephanie Handoyo, seorang penyandang down syndrome yang berprestasi.  Dia tidak menyerah dan tetap bersemangat. Dukungan keluarga, para guru dan  teman-teman membuatnya percaya diri. Berenang dan bulu tangkis adalah dua cabang olahraga yang dia geluti dalam keterbatasannya. Pada usia dua belas tahun Stephani meraih juara satu Pekan Olahraga Daerah. Dia mendapat medali emas pada Special Olympics World Summer Games di Athena, Yunani, renang nomor 50 meter gaya dada. Prestasi lainnya menyisihkan ribuan anak, dia masuk seleksi olimpiade Inggris bersama 20 peserta lain. Bahkan dia menjadi tunagrahita pertama yang membawa obor pesta olahraga terbesar di dunia.

Bukan hanya dalam bidang olahraga dia berprestasi, tapi juga dalam bidang musik. Rekor MURI dia raih karena bermain piano selama dua jam non stop, memainkan dua puluh dua lagu. Berkat prestasinya, dia diangkat menjadi duta badan internasional yang bertugas menyemangati para difabel.

Banyak orang mungkin sudah mengenal nama Joey Alexander. Pianis ini sudah mendunia  di usianya yang masih sangat muda. Ayahnya seorang pemain music, ibunya juga suka music, sehingga sejak kecil Joey sudah sering mendengarkan music, terutama Jazz. Meski tidak sekolah music secara khusus, tapi kemampuan musiknya terus berkembang. Dia suka mencoba-coba dan sering diajak sang ayah pentas ke berbagai kota. Saat pianis internasional Herbie Hancock berkunjung ke Indonesia, Joey diminta tampil memainkan musiknya. Sejak itu dia semakin percaya diri dan ingin menjadi pemusik terkenal.

Semakin sering berlatih membawanya memenangkan perlombaan di Ukraina ketika masih berusia Sembilan tahun.  Orang tuanya membawa Joey ke Amerika agar semakin bisa mengembangkan diri. Trio Joey Alexander adalah grup band yang dia bentuk dan melakukan banyak penampilan. Selain bermain music, ternyata Joey juga suka menonton film, bermain bola, berenang dan main tenis.

Dalam beberapa kali kesempatan Joey membagikan resepnya untuk sukses, yaitu memiliki harapan dan melakukan apa yang harus dilakukan serta jangan menyerah.

Sandrina Mazaya Azzahra adalah seorang penari yang sangat berbakat. Bakatnya dia peroleh dari sang ibu yang suka menari. Pada usia tujuh tahun, dia masuk sanggar tari dan semakin mengasah talentanya. Bersama teman-temannya dia belajar tari pada guru yang berpengalaman.

 Pada usia sebelas tahun Sandrina dia memukau para juri dalam ajang pencarian bakat. Meskipun pernah gagal dalam kompetisi tahun sebelumnya, tapi dia tidak menyerah. Mental juaranya itulah yang membawanya memenangi berbagai kompetisi menari lainnya.

Kisah-kisah anak hebat Indonesia ini sangat inspiratif dan semestinya menggugah semangat anak-anak lainnya.

Post Navi

Posting Komentar

0 Komentar