Akhir-akhir ini ketika terlihat banjir di mana-mana, aku seketika teringat pada almarhum Profesor Eko Budiharjo. Beliau adalah salah satu dosen favoritku yang tak henti-hentinya menyuarakan pentingnya menjaga lingkungan alam dan terus memakai perspektif ekologi dalam tugas kami sebagai arsitek, perancang dan perencana hunian serta lingkungan buatan.
Studi arsitektur yang kupelajari selama empat tahunan di Universitas Diponegoro waktu itu mendapatkan penegasan kembali saat aku studi master public policy di sekolah miliknya pak Gita Wirjawan. Betapa pentingnya kesadaran dalam memadukan pengetahuan akademis yang kita dapat dengan kontekstual situasi yang kita temui di lapangan berikut banyak kepentingan serta keterbatasan/constraints yang melingkupimya. Seorang policy maker harus tetap punya idealisme di samping memiliki kemampuan untuk menyiasati potensi dan peluang yang ada.
Maka ketika sebuah talkshow terkait arsitektur yang mendatangkan praktisi dan juga akademi serta masyarakat umum, aku pun jadi ingin tahu lebih lanjut mengenai isu dan inovasi solusi terkini.
Acara talk show bertema “Making The World A Better Home" ini menghadirkan berbagai pemangku kepentingan antara lain arsitek dan akademisi dengan audiens media, blogger dan pemenang MCSC nasional yang akan diberangkatkan ke Perancis. Kegiatan berlangsung hari Kamis 25 Februari 2021 dari pukul 14.00 sampai 17.00 WIB
Event berlangsung secara hybrid, sebagian peserta hadir secara Offline di Venue : Menara Sentraya Lantai 21, Jl. Iskandarsyah Raya No.1A, Kebayoran Baru 12160, Jakarta - Indonesia. Sebagian lagi mengikuti via zoom.
Rupanya acara diselenggarakan oleh Saint-Gobain yang mengadakan Multi Comfort Student Contest (MCSC) yang turut mendukung generasi muda untuk mengembangkan project pembangunan berkelanjutan. Saint-Gobain Group terus berkolaborasi dengan para arsitek dan media untuk tetap produktif di tengah pandemi dan bersama membangun dunia sebagai tempat yang nyaman untuk ditinggali.
Ivana Ijaya - Managing Director Saint-Gobain dalam talkshow ini menyampaikan bahwa saat ini Saint Gobain ada di 70 negara. Menjadi Top employer global 6 tahun berturut-turut karena treatment yang baik pada para karyawannya. Punya 1000 manufacturing dan 40 ribu sale outlet. Bahkan menjadi Top 100 global innovator selama sepuluh tahun berturut-turut.
Saint-Gobain merupakan perusahaan asal Perancis. Berdiri 350 tahun lalu dan merupakan pemimpin dunia di bidang produk konstruksi yang mengedepankan solusi inovatif untuk menyediakan produk yang peduli dan ramah lingkungan. Misinya memberi solusi untuk memberikan kenyamanan. Material kaca statue piramida terbalik di Prancis yang Juni 2019 aku ke sana itu ternyata produk Saint Gobain lho.
Mulai tahun 2011 Saint Gobain masuk ke Indonesia, hadir dengan mendesain, memproduksi, dan mendistribusikan material serta solusi untuk sektor konstruksi, mobilitas, kesehatan dan aplikasi industri lainnya di pasaran. Produknya beragam,ada plaster board, insulation, mortar utama dll yang dapat ditemukan di tempat tinggal dan keseharian, memberikan kesejahteraan, performa dan keamanan sekaligus menjawab tantangan konstruksi yang berkelanjutan, juga adanya efisiensi bagi sumber daya serta perubahan iklim. Strategi pengembangan yang bertanggung jawab tersebut sejalan dengan misi utama Saint-Gobain, “Making The World A Better Home”. Jargon ini menjadi ambisi bersama semua orang dalam Grup dalam tujuannya menciptakan dunia menjadi lebih indah dan nyaman dihuni.
Kompetisi ini diselenggarakan untuk pertama kalinya pada tahun 2004 oleh Saint-Gobain Isover di Serbia. Kemudian event tersebut menjadi acara internasional sejak tahun 2005. MCSC telah diikuti oleh lebih dari 2.200 siswa di 35 negara. Para pemenang dari berbagai negara di tahun ini diberi tugas untuk mendesain proyek revitalisasi di Saint-Denis, Perancis dengan menggunakan produk-produk Saint-Gobain Group. Karena Saint Denis akan menjadi tuan rumah acara olimpic dan paralimpic pada tahun 2024 nanti.
Kompetisi MCSC di Indonesia diselenggarakan pada 1 Maret - 15 Desember 2020. Terdapat 84 peserta yang berasal dari banyak universitas di Indonesia. Dewan juri terdiri dari para arsitek kenamaan Indonesia. Setelah melaljui penjurian yang ketat, karya bertajuk “Re(Bond)ir”, desain tim mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) keluar sebagai pemenang pertama. Mereka inilah yang akan mewakili Indonesia ke ajang Internasional Perancis pada 9-12 Juni 2021.
Duh, jadi kangen Prancis. Sebab Juni 2019 alhamdulillah aku presentasi paper di konferensi internasional yang bertempat di Radboud University Nijmegen Netherland, lalu lanjut jalan-jalan ke negara-negara sekitaran Belanda termasuk Prancis.
Adanya kegiatan kompetisi MSCS dan talk show ini diharapkan akan membantu makin terciptanya kesadaran bagi semua orang untuk bersama membangun dunia sebagai tempat tinggal yang nyaman. Dan semua akan dapat terwujud melalui kolaborasi antara Saint-Gobain, arsitek, media dan masyarakat serta seluruh elemen.
0 Komentar