Tips Menulis Memoir (8)

Tips Menulis Memoir (8)

Baca juga:

Tips Menulis Memoir (1)
Tips Menulis Memoir (2)

Tips Menulis Memoir (6)



Setiap cerita adalah tentang transformasi. perjalanan karakter utama mengubah mereka dalam berbagai cara: titik baliknya, kurvanya, tanjakannya, mempengaruhi  persepsi karakter terhadap dunia di sekitar mereka.

Dalam memoir, kamulah karakternya. Ketika penulis fiksi dapat mencipta seluruh dunia dan memnentukan seberapa banyak dunia itu diungkapkan, memoir diharapkan menjadi orang pertama dan merefleksikan kebenaran pengarang setiap waktu.

sementara penulis fiksi bisa bermain dengan narator yang tidakbisa diandalkan (narator bisa bohong atau tidak punya kesadaran diri untuk menyadari persepsi mereka yang tidak akurat), pembaca memoir berharap bahwa naratornya jujur di setiap momen; menghadirkan rasa koherensi internal dan membuat pembaca mempercayai narator. Jika kita menciderai kepercayaan pembaca, kita kehilangan bukan saja pembaca tapi juga rekomendasi mereka terhadap memoir kita yang lainnya.

Memoir adalah tentang perubahan perspektif
dalam memoir, kita menggunakan peristiwa-peristiwa dari periode kehidupan untuk mengartikulasikan perubahan perspektif dalam identitas tema universal, keluarga, usia yang bertambah, waktu-waktu yang pasti akan datang, kematian, cinta, penuaan dst.


Memoir adalah tentang inner  transformasi
transformasi di dalam. 

Peristiwa luar, bagaimanapun draatisnya, adalah  tangga perjalanan emosi si penulis. Perjalanan emosional berarti perspektif berubah pada tema tertentu dari awal hingga akhir.  Memoir mengungkap transformasi dalm yang mengubah cara pandangkita pada dunia sekitar kita,yang sebelumnya pikiran, perasaan, indra dan pengalaman kita terbatas pada waktu sebelumnya.

Latihan: buat timeline dari suatu periode yang mengandung memoirmu. Pada adegan dan bab awal, dan flashback yang kamu gunakan, identifikasi adegan yang menekankan bagaimana kamu sebelum transformasi - misal arogan, penakut, innocent, lugu, sesuaikan dengan identitas yang diharapkan, atau apapun titik awalnya.


Author dan  Narrator POV biasanya berbeda
Author POV menciptakan cerita; narrator POV menceritakan cerita. 
Kadang keduanya dekat bersama; di waktu lain seringnya mereka terpisah oleh periode bertahun-tahun bahkan beberapa dekade. 

Narrator POV Fixed sekaligus Fluid
POV pertama fix, tetap, terbatas pada apa yang kamu ketahui dan alami pada waktu kejadian berlangsung.
Fakta bahwa perspektifmu berubah senyampang waktu berlalu membuat memoir menjadi cerita. 
Perspektif kita cair dan berubah, berdasarkan pengalaman hidup kita. Kamu bukan lagi orang yang sama dengan yang kemarin, atau sepuluh tahun lalu. Cara kita melihat orang lain, menginterpretasikan perilaku mereka, tidak sama dengan saat kejadiannya.  

Dalam setiap adegan dan bab, POV mu pada tema mungkin berbeda. Tidak seluruhnya, Kamu masih dirimu, dan kamu mungkin punya pandangan politik atau cinta yang sama, tapi perilakumu terhadap tema memoir akan terlibat. Kita butu melihat bagaimana kamu sampai dari sana ke sini. 


Memoir mengandung banyak POV
Semakin kamu tua, makin banyak periode waktu yang masuk dalam mmoirmu, dan makin banyak POV terlibat. 



Batasi POV secukupnya
tugasmu adalah membawa pembaca ke dalam tubuhmu, sehingga mereka melhat apa yang kamu lihat dan merasakan apa yang kamu rasakan.
Bayangkan dirimu sebagai kamera virtual reality. Dalam tiap adegan, termasuk flashback, kamu dibatasi informasi yang masuk dalam kamera, dan bagaimana kamu mengalami dan menginterpretasikannya pada waktu itu.


Periode kehidupanmu dibatasi oleh memoirmu, masuk akal bagimu sebab kamu  mengalaminya. Pembaca juga butuh merasakan perubahan yang kamu alami selama masa itu. Tugasmu tidk menceritakan apa yang terjadi, tapi membawa mereka sepanjang perjalanan mengalaminya sendiri. 


Gunakan Dialog untuk mendagingkan Blind Spot
Kebanyakan dari kita hidup dalam konteks orang lain, masing-masing memiliki perspektif tersendiri terhadap momen yang terjadi.  Memikirkan  percakapan yang kamu miliki, hal-hal yang orang lain katakan padamu dapat membuatmu marah pada waktu itu, tapi sekarang semua lenyap. Kamu bisa menggunakan dialog (sepanjang itu sungguh-sungguh terjadi) untuk memperlihatkan, daripada hanya mengatakannya, bagaimana orang lain melihatmu, meski kamu tidak punya kesadaran diri melihatnya pada waktu itu. 


Kita membawa pembaca dalam tubuh kita sehingga mereka bisa melihat apa yang kita lihat, merasakan apa yang kita rasakan. 
untuk melakukannya dengan efektif, kita butuh paham POV dan melakukannya dalam tiap adegan.  Menjaga POV yang kohesif sepanjang memori akan menjaga pembaca terpikat dan membiarkan mereka melakukan perjalanan bersama kita. 







UPCOMING EVENT

Oh ya, insya Allah juga akan ada workshop atau kelas webinar Writerpreneurship di Era New Normal 29 Juni 2020 nanti. 




Selamat menikmati perjalanan menulismu!
Post Navi

Posting Komentar

0 Komentar