Writravellicious Goes To Harbour Front Singapore

Writravellicious Goes To Harbour Front Singapore




Perjalanan feri ke Singapura memakan waktu sekitar satu jam. Waktu Singapura  satu jam lebih cepat dari waktu Batam, sehingga   feri yang berangkat dari Batam Center jam satu siang waktu Batam, maka  sampai ke Singapura jam tiga sore waktu Singapura. Waduh, keburu habis ya harinya, pikirku. Kayaknya hanya akan dapat sedikit destinasi Singapura hari ini.







Sesampai di Singapura, feri a berlabuh di terminal feri Harbourfront Centre. Keluar dari feri, hujan tidak selebat tadi tapi masih cukup deras. Aku berjalan menyeret tas berodaku dan menggendong ransel unguku, pergi mengikuti orang-orang yang menuju imigrasi dan custom. Karena datang ke Singapura sebagai turis, maka lajur “All Passports” di imigrasi yang digunakan. Sedangkan bagi warga negara Singapura, permanent resident, pemegang employment pass atau work permit di Singapura,  lajur “Singapore Passports” yang dipakai karena lebih cepat.




Wah cukup deg-degan juga aku saat dicegat di pemeriksaan imigrasi Singapura waktu itu. Duh, kenapa aku nggak langsung lolos ya? Ini gegara aku ketawa ketiwi terus dari tadi dan kurang merunduk berdoa nih.
Masuk dalam ruangan pemeriksaan, sudah ada beberapa orang yang duduk di sana. Macam-macam sih orangnya, dari muda sampai tua. Bermata sipit, belok sampai yang biasa saja. Wajah-wajah Asia, Cina, Arab dan Eropa, komplit.

Agak lumayan lama menunggu giliran dipanggil karena antrian lumayan banyak. Nggak boleh pakai gadget (dan lagian kartuku belum bisa dipakai juga karena belum sempat pindah jalur dari Indonesia ke Singapura) nggak boleh motret dan bahkan tidak boleh saling berbincang antar pengantri yang akan diperiksa. So, yang bisa dilakukan cuma mengamat-amati mereka yang tengah diperiksa. Apa saja yang musti kira-kira dipersiapkan dst. Yang ada di kepalaku waktu itu antara lain, adegan ini sudah bisa dipastikan akan masuk dalam salah satu cerita entah cerpen atau novelku. \

Saat giliranku diperiksa, sambil membaca bismillah dan doa-doa, aku maju mendekat ke meja petugas imigrasi. Agak beruntung karena sepertinya aku berhadapan dengan salah satu petugas yang tidak galak-galak banget kayak meja sebelah-sebelah sana.

Dia menanyakan identitas, tujuan berkunjung, akan berapa hari, menginap di mana, bawa berapa duit dst. Sambil memeriksa paspor dan formulir yang telah kuisi di pemeriksaan imigrasi depan tadi. Dia minta alamat hotel bakal aku menginap. Dan copy-an tanda terima dari hotel yang memperlihatkan tanggal serta alamat itulah yang kayaknya bikin pemeriksaan lebih cepat. Alhamdulillah, akhirnya aku lolos. Setengah berlari aku keluar dari kantor pemeriksaan yang berasa pengap tadi, bergegas mencari udara segar di luar dan nggak sabar buat mengambah bumi Singapura yang sesungguhnya, bukan cuma pelabuhannya saja yang ternyata ribet bok :D



Jadi, setelah proses imigrasi selesai, pastikan paspor  sudah di-cap oleh petugas. Setelah melewati custom dan barang-barang sudah dicek, baru  keluar dari terminal feri dan akan langsung masuk ke Harbourfront Center, yang memang satu gedung dengan pelabuhan feri.

Harbourfront Center adalah salah satu shopping mall yang megah di Singapura. Gedung ini juga terhubung dengan VivoCity, sebuah pusat entertainment dan belanja baru yang bahkan lebih megah lagi. Sayangnya waktu terbatas, sehingga aku tidak sempat menikmati seluruh bagian Vivo City ini.




Dari VivoCity ini, aku naik taksi menuju hotel Chancellor Orchard, menembus hujan yang semakin lebat. Menjadikan pemandangan kota Singapura sedikit blur di mataku, antara terhijabi titik-titik air hujan yang menempel di jendela kaca taksi, dan mataku yang sedikit mengembun karena haru.
Post Navi

Posting Komentar

8 Komentar

  1. Kalau dari Batam, naik kapal feri ke Singapura berapa mbak

    BalasHapus
    Balasan
    1. ada di postingan sebelumnya mbak http://www.dian-nafi.com/2016/11/writravellicious-goes-to-batam-port-and.html Tiket feri pulang pergi Batam-Singapura seharga S$13

      Hapus
  2. Balasan
    1. hihihi iya ya. tapi memang deg-degan puol :D

      Hapus
  3. Wah mb dian habis dari Singapura, semoga kelak aku juga bisa kesana..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya, mbak. smoga kesampaian. Aamiin aamiin ya robbal alamiin

      Hapus
  4. Mbak Dian sendirian ya? Dengar cerita dari saudara yang jadi TKW di Singapura emang gitu mbak, pemeriksanaannya agak mremet. Kalau di kita gimana ya? Mremet juga kah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. kalau di Indonesia katanya nggak seribet di Singapura sih

      Hapus