Konsep Kepasrahan, Mencair dan Melipat Waktu serta Jarak

Konsep Kepasrahan, Mencair dan Melipat Waktu serta Jarak


Konsep Kepasrahan, Mencair (aku mengistilahkannya sebagai hybrid) dan Melipat Waktu serta Jarak serta ndilalah berikut blessing in disguise sudah pernah datang padaku seperti pengertian yang tiba-tiba datang dari langit, seiring dengan bernagai pengalaman, pembelajaranku dalam hidup bersama kepahitan, kepedihan, kesedihan dan keajaiban-keajaibannya yang  sering tidak bisa dilogika.

Malam ini beberapa konsep itu terhidang lagi, kali ini menerjang mata lewat time line twitter via ocehannya Richard Oh. Membuatku memahaminya lebih jauh lagi dengan sudut pandang lain, namun meng embrace, menambah keyakinan akan kebenaran konsep yang sudah kudapatkan begitu saja dari langit (apa ya istilahmya? Insight, ilham, kesadaran, enlightment atau apa)

Yang lebih kebetulan lagi adalah cuitan ini lewat setelah aku baru saja bercuit tentang keajaiban yang kualami ketika aku tanpa sadar melepas kemelekatan.


Sore ini aku tercenung
Menyadari sesuatu
Ternyata Tuhan mengabulkan doa2ku lho
Meski tak persis

Akhirnya aku sampai ke tempat2 yang ingin kukunjungi bersamamu
Tapi sendirian

Ke malaysia
eiffel paris
Karimunjawa
Cirebon

Dg cara2 yg tak disangka2
Dan event2 yg bhkn tak terbygkn sblmnya


Seolah itu caraNya menegurku
Untuk melepas diri dari kemelekatan bersama makhluk
Seolah itu caraNya menunjukkan padaku bahwa Dialah satu-satunya yang Maha Kuasa atas segala-gala

Robbighfir lii
Wa thub alayya

Irhamnaa
Yaa arhamarrohimiin

Thank God, Miracle is real.
#2019in5words

With God, I am fulfilled
#2019in5words

With God, I am enough.
#2019in5words

Dan ini cuitan richard oh

Hal2 yang kamu inginkan terjadi atau tidak terjadi adalah dua hal yg berbeda. Yang pasti, di antara yg kamu mau dan tidak mau, sesuatu terjadi. Di situ letaknya intervallic (segitiga) kehidupan: ya di kiri, tidak di kanan, tapi selalu ada yg terbentuk tp tak terlihat di antara.

Mereka yg percaya tahayul menyebut intervallic ini sebagai keajaiban, misteri, anugerah dll. Sebenarnya, sederhananya, itulah yg membuat semuanya menjadi possible (kemungkinan). Kemungkinan itu butuh mungkin dan tak mungkin sehingga sesuatu baru bisa terwujud.


Fatalitas atau disintegritas atau decay(kelumatan) tidak terjadi di alam, dan tentunya tidak juga dalam kehidupan. Semua yg meninggal kembali menjadi bagian yang memperbaharui bumi atau kehidupan. Bukan recycle harafiah tp regenerasi.


Intensitas natural, bukan intensitas tekad atau keinginan mutlak, yang menciptakan arus segala kemungkinan. Mereka yg mendalami sufisme atau zen atau filsafat ontologi memaham kata2 spt bersyukur/pasrah sebagai reaksi dari keinginan paksa, tuntutan diri berlebihan etc.

Orang2 bijak ini berhasil mengarungi waktu karena memahami hal2 spt ini: ketika mereka menemukan gravitas (berat, gerakan, kejadian) tiap individu bergerak dengan rima berbeda dalam waktu, karena percikan mereka adalah kilometer kecepatan/kelambatan hidupnya.

Di situ letaknya intensitas (rima individu) dalam gelombang konstan bumi. Gelombang semesta pun punya dua kutub: utara (hilang sejak big bang) dan kutub selatan yang berinteraksi dgn kutub utara: yg paling stabil berada di tengah dua kutub.


Submisi (pasrah, menyerah dll) bukanlah kekalahan atau kemunduran atau apa2 yg sering diinterpretasi sbg keterpurukan. Tapi sebuah osilasi gelombang yg memiliki titik kestabilan yg selalu ada dalam diri maupun alam. Internal dan eksternal bisa diatur keseimbangannya.

Intervallic ini diinterpretasi Deleuze dari pemikiran Foucault sebagai The Fold, pelipatan. Contohnya spt ini: secarik kertas A4 memiliki 4 sudut. Tersebutlah: a, b, c dan d. Nah lipatkan a ke c dan b ke d, kemudian lubangi titik yg dilipat: yg terjadi adalah transmigrasi.

Dari transmigrasi ini terjadinya sebuah pelipatan jarak, waktu dan tempat. Kembali lagi spt penjelasan sebelumnya: ya dan tidak menghadirkan faktor ketiga: mungkin atau ab atau bb atau aa1 atau bb1 dsbnya.

Pasrah dalam pengertian di luar agama etc adalah sebuah impasse: kebuhulan, maju dan mundur terjerat yg pada akhirnya menjelma menjadi sebuah orientasi baru: transformasi krn inflasi thermodinamis, perubahan organik dr internal atau eksternal.
Para taoist Cina sejak ratusan tahun yg lalu menemukan WuWei: sebuah stasis yg tdk bergeming: bergerak terus. Mirip seperti konsep konservasi energi. Seratus rupiah di miliki siapapun tidak bakal hilang. Ia bersirkulasi trus dlm kapitasnya, yaitu 100 rupiah.

Di era serba cepat ini, jangan ikuti gerakan supra cepat yg mendatarkan waktu. Tp menemukan rima masing2 dan menikmati, bukan ketakutan, pada dinamika perubahan. Sesuaikan gelombang itu dengan rima yg sepadan dengan diri. Di situ, gerakan natural setiap individu.

Berdamai dengan diri tidak sama dengan menyerahkan diri, tapi keduanya masih terkesan diri yg menuntut sesuatu. Asyik mashyuk, mengapung2 mungkin yg selalu kita sebut org2 happy-go-lucky. Manusia2 tanpa resistansi pd waktu. Terkesan selalu beruntung, sebenarnya mrk lbh cair.

Kecairan, leburnya org2 happy-go-lucky membuat mrk ringan dgn gerakan lebih luwes dan bebas, dan tak heran sesuatu bermanfaat utknya sering berlabuh pada perjalanan mereka.

Akal berguna ketika kita memerlukannya di titik segitiga perjalanan. Jalan trus tanpa pegangan (selalu direkomen krn tanpa batas) atau mengambil jalan aman ke kiri iya (berulang) atau terlalu takut pada tidak, sehingga menghindar trus, tp terjerat lingkaran setan.

Akal dibutuhkan utk pemutusan sebuah orientasi tanpa ujung. Keberanian menelusuri terus jalan yg sudah diinisiasi tanpa sadar sejak awal, akan menghantar pada sebuah titik orientasi. Titik ke titik sebentang garis adalah jalan paling cepat ke sebuah destinasi.






Post Navi

Posting Komentar

0 Komentar